
Pepatah mengatakan,
اَلْعَاقِلُ يَأكُلُ لِيَعِيْشَ وَالْجَاهِلُ يَعِيْشُ لِيَأْكُلَ
al-‘Aaqilu Ya’kulu li Ya’iisya wa al-Jaahilu Ya’iisyu li Ya’kula
“Orang pandai itu makan untuk hidup, sedangkan orang bodoh itu hidup untuk makan.”
Definisi makan untuk hidup yang dimaksud adalah, hidup adalah prioritas utama, dan makanan adalah salah satu alat untuk mencapai kehidupan itu. Tidak melulu makanan itu harus enak dirasa atau enak dipandang. Sedangkan definisi hidup untuk makan adalah, kita memprioritaskan makanan dalam kehidupan kita. Makanan itu harus menarik, baik dari segi kualitas maupun rasa.
Bila kita beranggapan bahwa “hidup untuk makan”, itu menandakan bahwa kita menganggap aktivitas makan adalah alasan paling utama bagi kita untuk hidup. Hidup kita tidak pernah tidak makan; yang dikerjakan dan diketahui hanyalah makan dan makan saja. Anggapan ini tentu tidak sepatutnya menjadi landasan kita dalam menjalani kehidupan.
Sebaliknya, anggapan yang seharusnya kita tanamkan adalah bahwa “makan untuk hidup”. Kita makan supaya kita bisa tetap hidup, karena tentunya tujuan kita diciptakan tidak untuk dibiarkan sia-sia. Hidup kita pastilah memiliki alasan dan tujuan, sehingga tidak dibenarkan bagi kita untuk menyia-nyiakannya.