Pepatah mengatakan,
اَلضَّحِكُ بِلَا سَبَبٍ مِنْ قِلَّةِ الْأَدَبِ
ad-Dhohiku bi Laa Sababin min Qillati al-Adabi
“Ketawa tanpa sebab adalah pertanda kurangnya sopan santun.”
Biasanya kalau ketawa tanpa diketahui sebabnya secara zhohir ialah ketawa ketika melihat kekurangan orang lain atau ketawa ketika melihat hal yang lumrah tapi alami seperti buang angin. Tentunya hal ini tidak mencontohkan perilaku yang tidak terpuji, sebagaimana dalam riwayat hadits;
Para sahabat melihat ke arah betis Abdullah bin Masud yang sedang naik pohon kemudian mereka tertawa karena betisnya yang kecil, maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam menegur mereka:
‎مَا تَضْحَكُونَ لَرِجْلُ عَبْدِ اللَّهِ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أُحُدٍ
“Kenapa kalian tertawa terhadap kaki seorang hamba Allah yang dia lebih berat dalam timbangan pada hari kiamat daripada gunung Uhud.”
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam menasehati para sahabat dan melarang mereka dari tertawa ketika mendengar ada yang buang angin, sebagaimana dalam hadis Abdullah bin Zamah yang Muttafaq alaih,
ثُمَّ وَعَظَهُمْ فِي ضَحِكِهِمْ مِنْ الضَّرْطَةِ وَقَالَ لِمَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ
Beliau kemudian memberi nasehat kepada mereka terhadap kebiasaan tertawa lantaran kentut. Setelah itu, beliau bersabda: “Kenapa salah seorang dari kalian tertawa terhadap apa yang ia juga biasa lakukan?”
Al-Nawawi mengomentari hadis ini, “Selayaknya orang yang mendengar kentut saudaranya agar pura-pura tidak tahu dan mencari kesibukan yang lain.”
Adapun jika ketawa tanpa sebab zhohir dan batin, maka kemungkinan dia adalah orang GILA.